Ads

Musik Bikin Cerdas !

Musik Bikin Cerdas 
        Percaya atau tidak memperdengarkan musik kepada janin akan merangsang peningkatan jumlah sel-sel otaknya. Setelah lahir, rangsangan musik dapat memicu percabangan sel-sel otaknya, melatih konsentrasi, dan mengasah daya nalarnya.
                  Mulai usia 10 minggu, janin sudah bisa mendengar suara-suara dari tubuh ibunya, seperti detak jantung, desir aliran darah, dan bahkan belaian pada perut ibu. Selanjutnya, sekitar usia 16 minggu, janin mulai bisa mendengar suara-suara dari luar tubuh ibu.
Anda bisa membuktikannya dengan mengajak janin bicara ataupun memperdengarkan musik jenis apa saja. Sebagai reaksi, ia akan bergerak-gerak yang menandakan otaknya dapat menerima rangsangan dari luar. Hal ini tentu saja membuat ibu bahagia karena itulah tanda kehidupan di dalam rahimnya berjalan baik, dan bayi kecilnya kini sudah bisa diajak "berkomunikasi".
Selain suara ibu, ayah, atau kakak si bayi, musik adalah bentuk rangsangan yang paling disarankan untuk memicu pertumbuhan sel otak janin. Seluruh anggota keluarga dapat menyanyi bersama atau rajin-rajinlah ibu memperdengarkan musik bagi janinnya. Tentu saja, pilih lagu dan musik yang bernada riang serta menenangkan, karena nuansa ini mampu menciptakan emosi yang seimbang, baik bagi janin maupun ibu.
"Wanita hamil yang tidak stres dan tenang, tentu detak jantungnya akan lebih teratur. Keteraturan irama ini akan menenangkan bayi dalam kandungannya, yang bahkan juga bermanfaat saat persalinan," kata Dra. Louise M. M. Psi, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, yang menekuni terapi musik bagi ibu hamil dan anak-anak.
KLASIK TERBUKTI EFEKTIF
Menurutnya, apapun jenis musik itu, selama berirama tenang dan mengalun lembut, pasti akan memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak. Jadi, oke saja kalau ibu pilih mendengarkan musik jazz, pop, atau tradisional selama hamil. "Hanya saja, musik klasiklah yang sudah diteliti secara ilmiah dan terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak. Sedangkan untuk jenis musik lainnya belum pernah."
Gubahan musik klasik ini, bila rajin diperdengarkan pada janin, akan memberikan efek keseimbangan emosi dan ketenangan. Dengan demikian, setelah lahir ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak cengeng dan mudah berkonsentrasi. Dengan modal ini, kemampuan bicaranya akan ikut terpacu, disusul kemampuan bersosialisasinya yang muncul lebih cepat.
Dengan kemampuan berkonsentrasi yang tinggi, anak juga lebih mudah menyerap informasi yang didapat dari lingkungan. "Nah, semakin banyak informasi yang dimilikinya, tentu semakin cerdas pula anak tersebut. Ini karena musik klasik bisa merangsang perkembangan otak anak, terutama yang berkaitan dengan daya penalaran, logika, dan kemampuan matematisnya."
Di usia sekolah, kemampuan berkonsentrasi ini tentu sangat berperan dalam membentuk prestasi, karena "Anak akan lebih mudah belajar," papar Louise. Seperti kita ketahui, keluhan yang paling banyak disampaikan orang tua mengenai anak-anak usia sekolah adalah kurangnya kemampuan berkonsentrasi ini. Jika terapi musik ini diikuti dengan benar, besar kemungkinan anak-anak akan terhindar dari hal tersebut.
Namun, tak perlu khawatir kalau semasa hamil, ibu belum sempat memanfaatkan terapi musik ini, sebab, "Terapi musik tetap bisa dilakukan mulai sampai anak berusia 3 tahun, bahkan lebih," ungkap Louise. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk segera memulainya. Untuk anak-anak yang sudah lebih besar, ada baiknya untuk mulai diperkenalkan dengan alat musik, sehingga mereka bisa bermain musik untuk dirinya sendiri.
MUSIK YANG DIANJURKAN DAN TIDAK
Namun, nyatanya tidak semua musik dianjurkan untuk diperdengarkan pada janin, bayi dan balita. "Yang tidak disarankan adalah musik dengan irama keras dan cepat, seperti irama rock, disco, serta rap. Musik yang terlalu keras akan membuat mereka tegang dan gelisah," tambahnya. Jadi, bukan jenis musiknya yang boleh atau tidak boleh, tapi beat atau iramanya.
Kalau pakar menganjurkan kita untuk menyimak dan memperdengarkan musik klasik, itu karena komposisinya yang sangat lengkap dan harmonis. Lalu, bagaimana dengan orang tua yang tidak menyukai musik klasik?
"Bisa jadi sebenarnya mereka bukan tidak suka, tapi tidak menyadari bahwa selama ini musik klasik selalu hadir dalam kehidupannya. Perhatikan, deh, saat menonton film kartun di teve, musik yang mengiringi biasanya jenis musik klasik," tanggap Louise. Jadi sebaiknya orang tua belajar untuk mulai menyukainya lebih dulu. "Kalau ternyata tetap tidak suka, pilihlah jenis musik lain sepanjang iramanya mengalun lembut."
Setelah bayi lahir, jenis musik yang diperdengarkan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi saat itu. "Menjelang ia tidur, pilihlah musik instrumental yang tenang dan lembut. Dengan begitu, anak dapat segera terlelap," saran Louise lagi. "Sebaliknya, untuk menemani anak bermain, pilih musik yang bernada riang dan gembira, sehingga ia merasa bersemangat untuk melakukan aktivitasnya."
Mozart, Terbukti Paling Positif
Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya gubahan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, musik-musik karyanya memberikan efek paling positif bagi perkembangan janin, bayi dan anak-anak. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai "efek Mozart".
Dibanding gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Komposisi yang disusunnya telah berhasil menghadirkan kembali keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam kandungan. "Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan, lo," tukas Louise.
Efek Mozart

Dengan memperdengarkan Mozart secara teratur semenjak masa kehamilan, akan banyak efek positif yang bisa didapat. Di antaranya:
* Orang tua dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak bahkan sebelum ia dilahirkan.
* Musik ini dapat merangsang pertumbuhan otak selama masih dalam rahim dan pada awal masa kanak-kanak.
* Memberikan efek positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum dilahirkan.
* Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik.
* Meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk lancar dan mudahnya anak merangkak, berjalan, melompat dan berlari.
* Meningkatkan kemampuan berbahasa, perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.
* Meningkatkan kemampuan sosialnya.
* Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, matematika, dan kemampuan untuk mengingat serta menghapal.
* Membantu anak membangun rasa percaya dirinya.

 
TEKNIK & SAAT TEPAT MEMBERI TERAPI MUSIK

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebaiknya ibu memahami apa yang harus dilakukan secara cukup terperinci.
Ibu hamil yang membutuhkan relaksasi, bisa mendengar musik kapan saja dan mana saja. Rangsangan berupa suara yang Menenangkan itu juga akan dinikmati janin. Namun, seperti yang dikatakan Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi., ahli terapi musik dari klinik Tiara Putera, untuk hasil optimal, terapi musik bagi janin harus dilakukan secara terprogram atau tidak sembarangan.
EFEKTIF SAMPAI USIA 3 TAHUN
Seperti sudah kita ketahui, otak janin sudah bekerja di usia kehamilan 16 minggu. Setelah melalui proses pembentukan, kesempurnaannya terjadi di usia kandungan 18-20 minggu. "Di usia inilah," menurut Iesye, "terapi musik paling baik mulai dilakukan, karena perlengkapan pendengaran janin sudah semakin sempurna." Namun, sejak di trimester pertama pun ibu sudah boleh melakukannya, meski janin belum dapat bereaksi. Terapi ini lebih ditujukan kepada ibu untuk mengurangi kadar stres saat menjalani masa mual-muntah."
Untuk anak, terapi musik paling efektif diterapkan sejak di dalam kandungan hingga usianya 3 tahun. Mengapa demikian? Karena selama periode itu, otak anak mengalami pertumbuhan dan kemudian perkembangan yang amat pesat. Namun, bukan berarti di usia selanjutnya terapi musik tidak akan membawa manfaat, hanya saja potensi rangsangannya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Jadi, sampai usia berapa pun musik tetap bermanfaat. Namun, jika tujuannya untuk merangsang kecerdasan sebaiknya jangan sampai lewat dari usia 8 tahun.
MENGATUR JADWAL
Iesye menekankan, ibu bisa menentukan sendiri waktu terapi yang tepat, boleh pagi, siang, sore atau malam. Yang penting, ketika sudah memilih waktunya, maka ibu harus konsisten dengan waktu tersebut. "Kalau sudah menetapkan di pagi hari, maka selanjutnya harus di pagi hari, jangan diubah." Pilihlah waktu sesuai kesempatan yang dimiliki. Bagi ibu yang bekerja misalnya, mungkin pagi hari bukanlah waktu yang tepat. Jadi, lakukan di malam hari atau di sela-sela waktu kerjanya. "Yang penting berkesinambungan dan konsisten. Bila tidak, maka hasilnya akan tidak sesuai dengan yang diharapkan."
Selain waktu ibu, waktu janin juga perlu dipertimbangkan. Bagaimanapun, menurut Iesye, akan lebih baik bila terapi dilakukan ketika janin sedang tidak tidur. Pada saat terjaga, janin bisa menyimak rangsangan suara secara aktif. Dengan begitu, daya ingatnya juga ikut terangsang dan bertambah kuat.
Menurut penelitian, janin akan terjaga saat ibu selesai makan, terutama makan siang. Nah, waktu-waktu ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan terapi. Namun, tidak dijamin juga bahwa setelah ibu makan siang, janin pasti terjaga. Bisa saja, ia terjaga di pagi, sore, atau bahkan ketika ibu sedang tidur. Jadi, tak mesti juga ibu memaksakan diri melakukan terapi musik bagi janin segera setelah waktu makannya.
Ketika bayi sudah lahir, dengan melihat kondisinya sehari-hari, ibu bisa lebih mudah menentukan kapan waktu yang tepat. Bila anak biasa terjaga dan tenang di pagi hari, pilihlah waktu tersebut, tentu dengan mempertimbangkan waktu ibu juga. Siang, sore, atau malam hari pun tidak mengapa selama waktu tersebut merupakan waktu terjaganya.
PILIHAN LAGU DAN MUSIK
Untuk terapi, sebaiknya ibu tidak hanya memperdengarkan gubahan musik klasik. Selingi dengan lagu anak-anak agar ibu bisa sekalian mengajak bayi berkomunikasi. "Banyak jenis musik lain terbukti dapat merangsang kecerdasan. Misalnya, musik instrumen rebana, lagu anak-anak, dangdut, dan lagu-lagu rohani," ungkap Iesye.
Pada anak dengan kebutuhan khusus seperti autisme, terapi musik ini harus dipandu oleh tenaga ahli yang mengerti kondisinya. Mulai jenis musik dan frekuensinya harus disusun berdasarkan kondisi kasus per kasus.
Pada anak yang terlalu aktif misalnya, terapi musik yang diberikan pada intinya harus bisa memuaskan emosi yang sering berlebihan. Bisa dengan musik klasik jenis tertentu atau diberikan alat musik pukul seperti rebana. Lewat aktivitas memukul ini, diharapkan emosinya dapat diluapkan secara positif. "Pokoknya, mereka diarahkan untuk melakukan aktivitas yang menimbulkan bunyi, irama, atau sesuatu yang menyenangkan, sehingga naluri agresif dan destruktifnya bisa tersalurkan," ujar Iesye.
Sebaliknya, bila anak terlalu pasif, jenis musik yang diberikan harus dapat merangsangnya agar menjadi aktif. Biasanya, dipilih musik yang bernuansa ramai. "Pemberian alat musik seperti rebana pun bisa merangsang aktivitas anak," tambahnya.
CARA MELAKUKAN
Iesye menganjurkan, ketika ingin memulai terapi, sebaiknya ibu berkonsultasi dulu dengan terapis profesional untuk mendapatkan pengarahan, seperti apa manfaatnya, kapan harus dilaksanakan, dan bagaimana caranya secara terperinci. Tentu saja agar terapinya berjalan efektif dan optimal. "Selanjutnya, ibu bisa mempraktekkannya di rumah sambil membaca berbagai referensi yang memang sangat penting diketahui."
Berikut, Iesye mengenalkan tiga tahapan pendahuluan dari terapi musik yang bisa dijadikan pedoman saat ibu melakukannya di rumah.
1. Relaksasi Fisik.
Untuk mencapai relaks secara fisik, ibu dapat menggunakan teknik progresif relaksi. Pada tahap ini ibu yang sedang hamil harus mengendorkan dan mengencangkan otot-otot tubuh secara berurutan sambil mengatur napas. Relaksasi ini sangat dibutuhkan agar musik bisa dicerna dengan baik dan dapat tersalurkan ke seluruh anggota tubuh.
Pilihlah posisi yang paling nyaman, bisa sambil tiduran ataupun duduk. Bila ibu lebih bisa berkonsentrasi pada musik dengan posisi duduk, ambillah posisi ini. Demikian pula dengan posisi tiduran.
2. Relaksasi Mental
Setelah relaksasi fisik maka saatnya untuk masuk ke tahapan relaksasi mental. Di tempat terapi, selama tahapan ini awalnya ibu hamil dipandu instruktur terapis dengan kata-kata yang bersifat sugesti. Tujuannya untuk membawa ibu ke suasana di mana mereka bisa melupakan ketegangan dan kecemasan yang dirasakan selama kehamilan. Agar sampai ke tujuan, ibu dianjurkan untuk berkonsentrasi. Musik yang mengiringinya tentu saja yang bisa membangkitkan perasaan relaks. Selanjutnya, dengan mengikuti instruksi yang sudah pernah didapat, ibu dapat melakukannya sendiri di rumah.
3. Stimulasi atau Rangsangan Musik pada Janin
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari terapi ini, ibu dianjurkan untuk mendengarkan musik dengan konsentrasi dan kesadaran penuh. Alunan suaranya mesti bisa merasuki pikiran ibu tanpa ada gangguan berupa ketidakstabilan emosi, suara berisik, dan kurang konsentrasi.
Saat mendengarkan musik, ambil posisi sekitar setengah meter dari tape atau dapat menggunakan walkman. Usahakan volume suaranya jangan terlalu keras ataupun lemah, tetapi sedang-sedang saja. Intinya, volume tersebut dapat menyamankan dan membuat ibu bisa berkonsentrasi penuh. Sesekali, boleh menempelkan earphoneke perut ibu agar janin bisa mendengar lebih jelas. Ketiga cara ini, sama baiknya.
Dianjurkan pula untuk tidak mendengarkan musiknya saja, kalau bisa ibu ikut berdendang mengikuti melodi atau liriknya. Untuk itu, bisa pilih lagu Twinkle-twinkle Little Star atau lagu-lagu ciptaan Ibu Sud, Pak Kasur, dan A.T Mahmud. Selain syair-syairnya cocok buat anak, lagu-lagu itu juga tidak lekang digusur zaman.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit setiap hari. Asalkan ibu bisa berkonsentrasi dengan baik, dalam sehari boleh satu, dua, atau tiga lagu yang didengarkan. Bila banyaknya jenis lagu malah membuyarkan konsentrasi, sebaiknya pilih satu jenis saja dalam sehari.

PANDUAN TERAPI MUSIK DI RUMAH
Di rumah, orang tua bisa melakukan terapi musik semenjak anak masih dalam kandungan. Disini, kami tampilkan panduan lagu dan gubahan pilihan sesuai usia dan manfaatnya, seperti dijelaskan pakar terapi musik Dra. Hj. Iesye Widodo, Psi.
.
Siklus Hidup
Kondisi
Komposisi Musik
Komponis
Manfaat
1.
Masa kehamilan 1-3 Bulan
Normal
Cassation
W.A. Mozart
Bisa membuat ibu hamil relaks, tenang, dan stresnya hilang. Ibu bisa mengatasi aneka gangguan saat hamil seperti mual-mual, hingga membuat ibu stres. Dengan musik ini bisa membuat ibu menjalani kehamilannya dengan aman dan tenang. Indra pendengaran bayi usia ini belum berfungsi.

Prelude to Rosamunde
Franz Schubert
Idem
Stres
La Mer
Claude Debussy
Dampak buat ibu, menenangkan pikiran, meredakan ketegangan-ketegangan otot dan tubuh. Jika ibu diterapi secara rutin dan teratur stresnya lambat laun akan hilang.

Symphoni No. 4
Felix Mandelsohn
Idem
2
Janin usia 3-6 Bulan
Normal
-Konser piano C Mayor KV 467: Andante -Konser PIano No. 21 -Konser Seruling G. Dur.KV.313 Allegro;Andante;Rondo -Kuartet Seruling No. 1, 2, 3, & 4 KV 285
W.A. Mozart
W.A. Mozart
W.A. Mozart
Musik Mozart yang ringan, aktif dan segar merupakan camilan sehat buat si janin. Irama, melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya kepada daerah-daerah kreatif dan motivatif otak anak. Nantinya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan kreatif. Ia mampu menciptakan ide-ide dan inovasi baru.
3.
Janin usia 6-9 Bulan
Normal
-Idem dengan No. 2 -Twinkle-twinkle Little Star
-Baa, Baa Black Sheep -Satu, Dua, Tiga
W.A. Mozart
W.A. Mozart
W.A. Mozart
Pa Kasur
Dalam penelitian, musik ini juga mampu merangsang pertumbuhan sel-sel otak terutama sel dendrit dan akson yang berperan sebagai penghubung antarsel dalam otak. Asal tahu saja, semakin banyak jumlah dendrit dan akson yang dimiliki anak, kemampuan anak untuk menangkap pesan, memahami makna, dan mengambil keputusan menjadi lebih cepat. Anak-anak yang cepat tanggap bisa digolongkan sebagai anak cerdas.
Sungsang
Idem
Idem
Ada bebrapa pasien yang setelah disengarkan musik ini, posisi bayi yang sungsang bisa kembali normal. Dalam beberapa kasus, meski posisinya tetap sunsang, si ibu tetap bisa melahirkan dengan lancar dan normal, tanpa ada hambatan atau kesulitan apa-apa. Efek musik ini bisa merelaksasi otot-otot tubuh, hingga memperlancar persalinan juga membuat bayi mengubah posisi karena stimulasi bunyi tadi.
Aktif
1.Konser Seruling 2.Prelude to Rosamunde
1.W.A. Mozart
2.Franz Schubert
Musik-musik ini dapat meredakan kegelisahan atau ketegangan yang dialami janin. Memang, saat pertama kali musik ini diperdengarkan gerakan bayi justru akan bertambah aktif tapi tak lama setelah itu, ia pun akan kembali tenang. Saat bayi terasa aktif menedang-nendang, maka musik ini bisa menenagkannya.
4.
Bayi baru lahir s/d dua minggu
Normal
-Andante dari Symphoni No. 25 in G Minor (K. 183)
-Andante Sostenute dari Violin Sonata in C. Mayor (K. 926)
-Lagu-lagu bisa dikembangkan oleh orang tua dengan membuat kata-kata yang sesuai dengan keinginan Anda untuk mengiri melodi-melodi di atas
W.A. Mozart
Musik ini jika diputar saat si kecil lahir, akan mampu menambah kepercayaan diri anak. Hal ini sangat baik terhadap pembentukan kepribadian yang percaya diri baik terhadap dunia luar. Musik Mozart ini merupakan musik yang sengaja mengajak Anda bicara bernyanyi, dan bersajak. Saat musik diputar, dekaplah si kecil erat-erat. Musik dari salah satu simfoni dari Mozart tidak akan terasa asing bagi bayi jika Anda telah memperdengarkannya sejak ia dalam kandungan.
5.
Bayi 2 minggu-1 tahun
Normal
Minuet dari The Toy Simphony
Leopold Mozart (ayah dari W.A. Mozart)
Komposisi musik ini sangatlah riang hingga bisa membuat bayi nyaman dan gembira. Lagu ini dibuat beberapa bulan sebelum Mozart lahir.

Musik ini merupakan perpaduan bunyi seperti kicau burung dan bunyi lonceng yang menghasilkan nada ceria. Ikuti nada nyanyian ini dengan cara bermain bersama anak seperti bermain ciluk ba
Lagu permainan ABC Lagu-lagu ciptaan Ibu Sud, Pak Kasur, dan A.T. Mahmud yang bernada ceria
Komposisinya yang ceria baik sekali untuk anak usia ini saat melewati masa-masa bermain yang menyenangkan. Dengan nada ceria, anak pun akan terdorong untuk aktif bergerak dan berjoget. Hal ini sangat baik untuk melatih perkembangan motorik anak.
6.
Anak 1-3 tahun
Normal
1.Konser Harpa
2.Konser Piano No. 1 3.Iberia
1.George Friedrich Handl
2.Frederich Chopin 3.Albeniz
Selain membuat anak kenal dengan dunia yang luas dalam hal ekspresi, emosi, dan sikap sejak dini, musik ini juga dipercaya bisa meningkatkan nafsu makannya. Maklum saja, di usia ini anak biasanya sulit makan. Musik yang tenang dan lembut diharapkan bisa meningkatkan selera makan anak, disamping mengatasi penyebab sulit makan lainnya.
Symphoni No. 3
Konser Piano
L.V. Beethoven
L.V. Beethoven
Musik ini untuk merangsang kreativitas dan motorik anak. Terlebih di usia ini anak sangat senang bereklsplorasi dan sedang belajar melatih kecakapan motoriknya, seperti lancar saat berjalan, berlari, melompat, dan lain-lain.
7.
Anak Pra sekolah (4-5 tahun)
Normal
Rondo ala Turk (k.331)
W.A. Mozart
Rondo yang terkenal ini efeknya bagus sekali jika disertai aksi tepuk tangan serta mengiringi anak menari dan berayun. Lagunya benar-benar ceria, sehingga selain bisa membuatnya gembira, musik ini juga sangat baik untuk pertumbuhan jasmani dan rohani. Hal ini jelas sangat baik untuk mengasah fisik dan psikis anak.
The Magic Flute
W.A. Mozart
Bantu anak Anda menghayati musik ini dengan mengajaknya membayangkan diri sedang memainkan sebuah seruling ajaib sambil melompat-lompat, menari, dan meliuk-liuk. Hal ini bisa menunjukkan keindahan dan keajaiban musik Mozart kepada anak yang sangat baik untuk melatih imajinasinya. Kelak, anak bisa kreatif dan inovatif hingga bisa menciptakan produk-produk dan ide-ide baru.
Carmen Nocturne in E flat Major
Bizet Fredric Chopin
Bisa mengasah kreativiatas anak, sebab alunan lagu yang mengalun lembut ini akan membuat anak gemar berfantasi sehingga daya kreatifnya akan meningkat.
Ouverture Egmont
Symphoni no. 2
Konser Piano no. 3
Ludwig van Beethoven
Ludwig van Beethoven
Sergei Rachmaninov
Di usia ini, emosi anak juga sering dilampiaskan secara berlebihan (temper tantrum). Untuk mengatasinya, bisa dengan memutar lagu-lagu ini. Dengan begitu, kestabilan emosinya akan terlatih dan kemarahannya tidak lagi meledak-ledak.
8.
Anak usia 6-9 tahun
Normal
Ave Verum Corpus
Sanctus
Quintet opus 163
W.A. Mozart
W.A. Mozart
F. Schubert
Bisa meningkatkan ketenangan hingga emosi anak tetap stabil. Ia pun bisa belajar dengan tenang dan nyaman.
Brandenburg Concerti
Sonatas
Johann Sebastian Bach
W.A. Mozart
Bisa meningkatkan konsentrasi saat belajar dan mengasah keterampilannya dalam berhitung, menulis, membaca dan keterampilan akademik lainnya. Kemampuannya untuk menghapal dan mengingat juga makin bertambah.
Symphoni no. 3
Konser piano no. 5
L.v. Beethoven
L.v. Beethoven
Di usia ini anak mulai berinteraksi dan bergaul dengan teman-temannya. Dengan musik ini, anak akan dirangsang untuk tidak canggung saat berinteraksi. Hasilnya, kemampuan sosialisasi anak akan semakin terasah dan meningkat.
9.
Usia 9-12 tahun
Normal
Trio Piano
Water Music
Franz Joseph Haydn
Goerge Friedrich Handl
Membuat jiwanya tenang, sehingga ia pun bisa belajar dengan tenang. Materi pelajaran yang melekat di memorinya akan meningkatkan prestasi akademisnya. Emosinya juga akan lebih stabil, sehingga ia bisa bersosialisasi dengan baik.
55 Sonata Harpsichord
Brandenburg Concerti
Sonatas
Domenico Scarlatti
Johann Sebastian
Bach W.A. Mozart
Bisa meningkatkan konsentrasi anak, sehingga kekuatan menghapal dan berhitungnya akan semakin terasah.

PENGALAMAN ORANG TUA DAN ANAK
Skor Tes IQ Tinggi
Drg. Sri Handajani Tjatur, Ibu dari Rifda Pradista (8), Hanan Nadista (5), Hanif Triasa ( 3;5), dan Rafif Ariasa (1;5)
"Saya selalu menjalani terapi musik saat hamil. Pertama kali ikut terapi ketika usia kandungan anak pertama menginjak tujuh bulan.
Selain terapi bersama ibu-ibu hamil lainnya, di rumah juga saya menyetel lagu-lagu seperti gamelan Sunda atau lagu anak-anak lainnya. Kalau alunan ayat Al-Quran, biasanya setelah saya salat. Saya juga membacakan buku-buku cerita.
Selama janin di dalam kandungan, saya tak mengalami adanya keluhan. Karena dengan ikut terapi musik, saya jadi enggak stres dan saraf-saraf jadi enggak tegang. Hasilnya, alhamdulillah keempat anak saya lahir dengan lancar.
Setelah anak-anak lahir, saya tetap berkonsultasi dengan psikolog setiap bulan sekali untuk melihat perkembangannya. Saya pun tetap memperdengarkan mereka lagu-lagu klasik. Jadi, tidak berhenti begitu saja.
Anak yang pertama dan yang kedua, ketika mereka berusia empat tahun ikut tes IQ. Ternyata hasilnya cukup mengagumkan, anak pertama mendapatkan skor 153 dan anak kedua 149. Anak pertama saya kelihatannya berminat dalam bidang seni tari. Dia ikut aktivitas seni di sekolahnya.
Anak yang kedua, ketika umur tiga tahun malah sudah ingin sekolah. Jadi, rasa ingin tahunya betul-betul besar. Kalau anak yang ketiga, kelihatan kritis banget, selalu bertanya. Kadang-kadang, saya bingung juga menjawabnya. Di hari pertama sekolah, mereka enggak mengalami kesulitan berkenalan dengan teman dan gurunya. Mereka juga enggak nangis, malah tak mau diantar dan bisa pergi sendiri naik kendaraan jemputan.
Kalau anak yang keempat, ketika berumur sebulan sudah bisa ngoceh dan umur delapan bulan sudah bisa ngomong. Lagu-lagu juga bisa dihapalnya padahal kita enggak ngajarin, mereka mendengarkan saja dari kaset. Dia juga enggak rewel seperti anak kebanyakan. Saat berusia dua bulan saya bawa untuk evaluasi perkembangan, ternyata menurut psikolog kemampuannya sudah melebihi umur anak sebayanya, terutama dalam kemampuan berbicara yang lebih pesat. Bahkan, saat si bungsu berumur satu tahun, dia sudah bisa makan sendiri. Keempat anak saya, sejak lahir selalu tersenyum. Kalau diajak kemana-mana enggak rewel dan enggak susah makan. Saya senang mereka enggak nyusahin orang tua, terbuka, dan pintar."
Setel Musik Sampai Pagi
Rosmalina (30) Ibu dari Fina Zahra Nazar (2;5)
"Saya mulai melakukannya ketika kandungan berusia lima bulan. Saya melakukan terapi sendiri sambil bekerja. Caranya salah satu earphone ditempelkan di perut, satunya lagi di telinga sendiri. Yang saya setel adalah musik klasik, tapi kadang-kadang bosan juga. Jadi saya memperdengarkan macam-macam lagu, pokoknya yang iramanya tenang.
Anak saya kemudian lahir prematur dengan berat badan hanya dua kilogram. Selama dua minggu dia mesti diinkubator. Kata dokter, perkembangan bisa terlambat empat bulan dari usia sebayanya, jadi mesti terus-menerus distimulasi agar perkembangannya bisa sama dengan anak normal.
Upaya stimulasinya bisa dengan berbagai cara, contohnya dengan memperdengarkan lagu-lagu, mengajaknya bercakap-cakap, atau dibacakan buku-buku cerita. Hasilnya, umur satu tahun ia sudah bisa menyanyikan lagu Balonku meskipun masih cadel. Jadi perkembangannya sudah bisa menyusul anak normal, bahkan sekarang sudah enggak kelihatan seperti anak prematur lagi.
Sekarang, kalau diajak ngobrol, ia sudah bisa nyambung. Sikapnya juga lebih mandiri, dan perasaannya amat peka. Ia banyak memberikan perhatian, menunjukkan empati dan lebih dewasa untuk anak seumurannya. Misalnya, kalau ada perubahan dekorasi di rumah, dia akan tanya kenapa diubah. Kemudian, pada usia 1,5 tahun dia sudah bisa hapal doa mau tidur. Dia juga bisa menyanyikan lagu-lagu dengan cepat.
Stimulasi musik tak hanya dilakukan ketika ia masih dalam kandungan. Setelah ia lahir pun saya selalu menyetelkan lagu-lagu baik melalui kaset maupun radio. Biasanya ketika dia sedang main atau hendak tidur. Suami saya biasanya memutar lagu-lagu tenang seperti instrumen atau musik klasik, saat ia hendak tidur sampai pagi harinya.
Manfaat terapi musik sangat terasa, terutama pada kemampuan bicara anak saya. Dia banyak bertanya mengenai apapun yang tak dimengertinya atau sesuatu yang baru dilihatnya. Dia juga suka meniru ucapan-ucapan saya.
Kemudian, kalau bertemu dengan orang lain, ia juga suka mengajaknya ngobrol meski pada awalnya terkesan malu-malu. Menurut saya, terapi musik seperti ini dapat merangsang kepedulian anak, dia jadi cepat belajar, secara emosi juga lebih berkembang, terutama soal kemandirian, enggak manja dan enggak cuek."
Happy Babies
Ine Noor Hartawan, ibu dari anak kembar Shahnaz Faza Alila (19 bulan) dan Sheila Farah Alia (19 bulan)
"Ketika kandunganku berumur empat bulan, saya ikut terapi musik dengan bimbingan psikolog. Di rumah pun, setiap hari saya memperdengarkan lagu-lagu klasik dengan cara menempelkan earphone di perut, setidaknya selama satu jam. Kalau di kantor, terutama pada saat jam makan siang, saya sendiri yang mendengarkan lagu klasik, jadi earphone-nya enggak ditempel di perut. Di mobil, saya juga menyetel musik klasik.
Kebanyakan saya memperdengarkan musik klasik Mozart. Kadang-kadang juga menyetel lagu shalawat. Jadi selang-seling. Setiap Jumat juga saya mengaji Al-Quran. Begitu disetelkan musik, responsnya betul-betul terasa, mereka bergerak-gerak. Pernah suatu ketika perut saya mengeras, tapi setelah diperdengarkan lagu mereka langsung tenang, dan perut saya mengendur kembali.
Setelah mereka lahir pun, saya tetap memperdengarkan musik klasik. Makan, juga mandi, selalu diiringi musik. Menginjak usia 6-7 bulan, setiap pagi mereka saya ajak main piano. Hasilnya, mereka jadi cepat hapal satu lagu. Mereka langsung bisa menyanyi lagu setelah diperdengarkan 2-3 kali. Misalnya, lagu Cicak di Dinding, padahal itu kemampuan anak di usia dua tahun.
Sejak mereka umur enam bulan, ternyata kemampuannya sudah mencapai anak usia 12 bulan, misalnya kemampuan motorik kasar dan halus, perkembangan emosi dan rasa ingin tahu yang besar. Banyak yang bilang anak saya itu happy babies. Mereka tampak lebih riang, dan kalau bertemu orang selalu ramah dan tersenyum. Sekarang mereka sudah bisa naik-turun tangga sendiri.
Lancar Bicara Berkat Rebana
Aminullah Shah Reza (7) Putra dari T. Zita Nelliza dan T. Septiansyah Q. Riza
"Sewaktu masih di TK, aku sulit sekali menceritakan apa yang kualami di sekolah maupun di rumah. Kata Mama, aku sangat tertutup sehingga membuat orang tuaku benar-benar pusing. Mereka tidak bisa lancar berkomunikasi denganku. Padahal, teman sebayaku yang lain sudah sangat lancar berbicara dan bisa menceritakan apa yang mereka alami.
Kesulitanku berbicara terjadi hingga aku kelas 1 SD. Mama pun memasukkanku ke sekolah lain, katanya, sih, terapi musik supaya aku bisa berbicara lancar dan berkomunikasi dengan baik kepada mereka. Di sana, aku menjalani terapi dengan memainkan rebana. Aku diminta memukulnya berulang-ulang sambil bernyanyi, "Namaku Amin, aku anak mama," begitu terus sampai aku bosan karena memukulnya tidak boleh dengan alat tetapi harus dengan telapak tanganku sendiri. Bahkan sebelum memukul, aku harus mengusapkan telapak tanganku di alat musik itu.
Oh, iya, aku juga diberi kaset lagu anak-anak untuk didengarkan di rumah. Tapi, lagu-lagunya bukan lagu anak-anak zaman sekarang seperti yang dinyanyikan Sherina, Natasya, atau Trio Kwek-Kwek. Kaset tersebut berisi lagu lama yang mudah dinyanyikan anak-anak yang kurang lancar berbicara seperti aku, seperti Menanam Jagung, KukuruyukMari Bernyanyi, dan banyak lagi. Setiap ada kesempatan, entah di dalam kamar, ruang teve, atau di mobil, orang tuaku selalu memperdengarkannya buatku. Tapi aku enggak bosan, karena lagu-lagunya sangat banyak.
Kata Mama, setelah beberapa bulan, aku mulai bisa bercerita banyak, bicara dengan mereka, juga dapat mengikuti pelajaran dengan lebih baik. Nilai-nilaiku yang dulu hanya 6 ke bawah, sekarang sudah ada yang 9 atau 10.
Memang, dengan ikut terapi musik, aku merasakan adanya perubahan. Bila dulu aku sulit menceritakan sesuatu, kini lebih mudah melakukannya. Bahkan kata orang tuaku, sekarang aku kritis, suka tanya-tanya melulu. Sekarang pun sudah banyak teman-temanku yang main ke rumah. Mereka senang bermain denganku karena aku sudah bisa diajak main dan ngomong dengan baik. Alhamdulillah.
Musik Klasik Penyemangat Belajar
Zia Aidil Adha Syafitra (9) putra dari Fitriani F. Psi., dan Syahrul SH. MBA.

"Kata Mama, waktu aku masih berada di dalam kandungan, Mama sering mendengarkan lagu klasik. Dia berharap aku menjadi anak yang cerdas. Katanya, musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan otak. Aku enggak tahu, apakah itu mempengaruhi kecerdasanku atau tidak. Tapi kata Mama, aku ini kritis, suka tanya-tanya sampai-sampai Mama sering capek menjawabnya.
Tapi yang jelas, salah satu pengaruhnya sudah aku rasakan, yakni sejak TK aku sudah suka dengan musik klasik. Aku dengerin musiknya Mozart dan Bethooven. Mungkin, karena aku sudah biasa mendengarnya sejak di dalam kandungan. Musiknya mendayu-dayu, tidak menghentak-hentak, sehingga bisa membangkitkan semangatku untuk belajar.
Aku punya pengalaman unik dengan musik klasik ini. Pernah suatu hari aku tidak semangat belajar karena bosan dan jenuh, padahal aku harus mengerjakan tugas sekolah. Sambil berpikir bagaimana mengatasinya, aku menyetel musik klasik kesukaanku. Tak tahunya, dengan itu saja otakku jadi segar kembali. Bosan dan jenuhnya pun hilang. Aku jadi bersemangat untuk mengerjakan tugas-tugasku. Mulai saat itu, sebelum belajar, aku selalu menyetel musik klasik untuk memompa semangat. Hasilnya, dengan kebisaan ini, nilai-nilaiku bertambah bagus.
Selain musik klasik, aku juga suka jazz. Aku enggak tahu, kok, seleraku beda dengan teman sebayaku yang lain. Bila mereka suka Dewa, Padi, atau Sheila On 7, aku malah lebih suka Andien, Syaharani, atau Indra Lesmana. Koleksi kaset-kasetku lumayan banyak. Aku sering mendengarkannya karena menurutku musik bisa membuatku tidak bosan.
Aku suka sekali mata pelajaran yang berbau seni, seperti melukis dan musik. Kata orang tuaku, mungkin aku lebih berbakat di bidang seni daripada pelajaran eksakta. Melihat itu, aku diberikan seperangkat alat musik dan dimasukkan ke sekolah musik untuk belajar drum. Tentu aku sangat senang karena aku suka sekali musik.
PILIHAN TEMPAT TERAPI MUSIK
Parent Education Program (PEP) RSAB Harapan Kita
PEP yang terletak di sayap kanan RS Harapan Kita merupakan klinik terapi musik yang cukup nyaman. Ruang kelasnya yang sejuk, sunyi dan bernuansa biru berukuran kurang lebih 3x4 untuk kapasitas 3 orang. Sebelum kelas dimulai, para peserta akan diukur lebih dulu tensi darahnya. Gunanya untuk mengetahui kondisi ibu hamil, apakah sedang relaks, tegang, atau capek.
Menurut Dra. M. Louise M.M.Psi dari PEP, biasanya sebelum terapi musik dimulai, instruktur dan para peserta akan melakukan tanya jawab terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien saat itu, selain lewat tensi. Di PEP sendiri relaksasi dibantu dengan alunan suara-suara alam, seperti suara ombak, air, burung, hingga suling.
Di dalam kelas, peserta dipersilakan duduk atau berbaring di kursi khusus yang dapat membentuk lekukan sesuai tubuh ibu. Nah, setelah menemukan posisi yang nyaman dan relaks, barulah terapinya dimulai. Para peserta diajak masuk ke dunia si buah hati lewat alunan musik-musik yang mengumandangkan suara alam. Di sini ibu diajak berimajinasi bahwa dirinya sedang berdansa atau sedang berinteraksi dengan janinnya.
Pada saat yang bersamaan peserta akan diarahkan oleh instruktur untuk mencapai relaksasi yang baik. Mereka diminta untuk mengendurkan semua otot-otot tubuh, dimulai dari kepala, leher, bahu, badan, tangan, hingga kaki. Setelah itu, pasien akan "dihipnotis" supaya dia bisa mengosongkan pikirannya.
Setelah 15 menit tahapan itu dilalui, lampu ruangan akan dimatikan dan mengalunlah irama musik klasik. Selama tahap ini ibu tidak mendapat instruksi apa pun. Peserta dibiarkan tidur dan menikmati alunan musik-musi klasik.
"Setiap mengikuti terapi, peserta tidak akan melulu mendengarkan satu jenis lagu. Bahkan, di PEP sendiri lagu yang diperdengarkan tidak melulu hasil gubahan Mozart, tapi juga Vivaldi dan Chopin, misalnya. Yang penting musik itu berefek Mozart. Cirinya, dalam satu menit terdapat 60-62 ketukan. Lama terapi di sana cuma 1/2 jam. Satu paket terapi berisi 3 kali pertemuan yang dikenakan biaya Rp 125.000.
Lokasi RSAB Harapan Kita,
Jl. Let.Jend. S. Parman Kav. 87, Slipi, Jakarta Barat. Telp. (021) 566 8284 Ext. 1201/2
Buka: Dengan perjanjian
Bina Musika

Pusat terapi musik untuk ibu hamil Bina Musika memang baru akan dibuka sekitar dua bulan lagi. Menurut Neneng Uozumi, Direktur Bina Musika, ibu dengan usia kehamilan 10 minggu sudah boleh menjadi peserta. Lama terapinya 45 menit, setiap seminggu sekali.
Nantinya, sebelum klien masuk pada materi pokok, mereka akan diajak berdiskusi dan berbagi dengan instruktur serta sesama peserta berjumlah 4-6 orang. "Ibu-ibu akan diberi pendidikan mengenai musik klasik.Dari apa itu musik klasik dan bagaimana cara mendengarkannya secara benar. Instruktur pun akan memberikan gambaran kemajuan, serta apa yang terjadi pada ibu juga janinnya saat menerima rangsangan tersebut."
Menurutnya, tahun ini atau awal tahun depan Bina Musika akan membuka kelas terapi musik khusus bagi anak. "Sebenarnya ini adalah program lanjutan dari yang sudah ada. Kami, kan, punya kursus musik Bina Musik Anak-Anak (BISIKA). Di situ anak akan diperkenalkan dengan seni musik, yang meliputi pelajaran memainkan instrumen dan olah vokal. Kami mengajarkannya dengan cara bermain. Ya, sama, lah, dengan di TK atau playgroup."

Lokasi: Mutiara Building Lt. 5, Jl. Kyai Tapa No. 99A, Jakarta Barat.
Telp. (021) 560 8472/76
Y2K Studio

Y2K Studio yang bergerak dalam bidang musik, sekolah dan rekaman juga mempunyai program terapi musik untuk anak normal, kebutuhan khusus, dan ibu hamil. "Bahkan, kami pun memiliki kilinik psikologi," kata Yoyok cr, Direktur Utama, sekaligus pemilik.
Dalam memberikan terapi musik itu, Y2K menitikberatkan pada aspek postif yang bisa didapat murid dari musik, bukan supaya si anak kelak menjadi musisi handal. Yoyok percaya musik bisa membuat orang menjadi lebih tenang, bersemangat, dan untuk anak-anak bisa memacu prestasi, keterampilan, dan kemampuan kognitifnya.
Berdasarkan kepedulian itu, Y2K tidak saja menyediakan terapi bagi anak-anak normal, tapi juga dari anak-anak penderita autis, hiperaktif, dan anak-anak dengan kecerdasan di atas rata-rata yang karena kecerdasannya sering menimbulkan masalah.
"Untuk anak, konseling dilakukan dalam rangkan mengetahui model terapi yang cocok, diukur dari berat tidaknya masalah. Sementara untuk ibu hamil, setelah diberi tahu seperti apa teknik dan manfaatnya, diharapkan ibu dapat melakukannya sendiri di rumah. Setiap tiga bulan hasilnya akan dievaluasi oleh ibu Iesye."
Dari hasil evaluasi rutin yang kami lakukan selama ini kemajuan memang terjadi. Contoh murid hiperaktif dan autis di sini dia sudah bisa bersosialisasi dan mampu mengkoordinasikan tubuhnya dengan baik dan sudah mampu berkonsentrasi lama.
Lokasi: Ruko Plaza Galaxy.
Jl. Galaxy Raya h2 No 26-Bekasi. Telp. (021) 8241 3737 Fax. (021) 8241 3563 

Gymboree Play & Music
Gymboree yang banyak membuka kelas di mal-mal dan kawasan perumahan mempunyai kelas musik yang dinamakan Music Programs. Kelas ini disediakan untuk anak usia 6-18 bulan. Dengan CD yang diproduksinya sendiri, anak-anak di sana akan disuguhi musik bernuansa march, country, furf, latin, cajun-zydeco, african, rock and roll oldies, classical, rhytm and blues motown, eastern european-polka, big band-swing, celtic, Broadway, reggae, folk, dan jazz.
Sambil mendengarkan musik, anak diajak melakukan gerakan atau tarian yang sesuai dengan musik yang memang mempunyai alur cerita. Misalnya, dengan iringan musik afrika, anak dibawa mendengarkan suara hutan dan gajah yang sedang minum air, menyemprotkan air, dan jalan beriringan. Lalu anak-anak pun diajak malakukan hal sama seperti gajah. Lamanya kegiatan hanya 45 menit.
Gymboree menyarankan orang tua untuk ikut serta dalam setiap sesi kegiatan di sana. Tujuannya agar mencul kedekatan orang tua­anak, selain bahwa dengan contoh yang sudah ada, mereka bisa mengulang kegiatan yang sama di rumah.

Source : http://groups.yahoo.com

0 Response to "Musik Bikin Cerdas !"

Post a Comment